Friday, February 25, 2011

Puisi Anak Anak | Kumpulan Puisi Anak SD

0 komentar

SAHABAT SEJATIKU
Annisa Sekar Salsabila

Aku sedih, kau menghibur
Aku kecewa, kau membuatku senang
Dan bila aku tak bisa
kau pun mengajari

Sahabat,
Kau bagai malaikat bagiku
Kau bagaikan bidadari untukku
Semua kebajikan ada padamu

Sahabat....
Satu pintaku untukmu
Yaitu janji selalu erat
Tak pernah terpisah,
seumur hidup kita.

Kelas 4 SD N 1 Kebumen
Jalan Pemuda 94 Kebumen


HIDUNG
Aldi Hairul

Aku bisa mencium bunga mawar
Aku bisa mencium kentut
Aku bisa mencium bau kaos kaki
Aku bisa mencium bau kotoran anjing
Aku bisa mencium bau badan
Aku bisa mencium bunga matahari
Semua karena kupunya hidung yang baik
Terima kasih hidung!

KELAS 2C SDN 34 PONSEL

MATA SAYA
Bagus Satrio

Saya mempunyai mata
Saya melihat menggunakan mata
Saya melihat apapun benda menggunakan mata
Karena mata, saya bisa melihat
Saya bisa melihat rumah,pohon dan buku
Karena mata,saya bisa membaca buku
Sehingga saya menjadi juara.

KELAS 2C SDN 34 PONSEL

Puisi Anak Anak | Kumpulan Puisi Anak SD

Wednesday, February 23, 2011

Gurindam Buat Sang Kekasih

0 komentar

Gurindam Buat Sang Kekasih
Arsyad Indradi

Aku adalah bahtera
Maka kau beri aku laut

Kau adalah pantai
Maka kuberi kau ombak

Aku adalah nakhoda
Maka kau beri aku kemudi

Kau adalah dermaga
Maka kuberi kau sauh

Tapi jika bahtera merapat ke dermaga
Pintaku jangan kau ajalkan rinduku


Banjarbaru,1981

Edisi 14-20
Kumpulan Puisi Romansa Setangkai Bunga

Inkarnasi Buat Sang Kekasih

0 komentar

Inkarnasi Buat Sang Kekasih
Arsyad Indradi

Dirakit tujuh batang pisang tujuh tiang tebu merah
Berlangitlangit kain kuning di ruh sungai mengalir
Lengkaplah sudah tapaku tujuh purnama
Dan dalam janji wangsit
Telah kutambatkan di ulak banyumu
Maka berbuihlah hai buih
Cahaya bulan pengiring setanggi


Tujuh kuntum nagasari di taman sukma sejati
Kupetik atas nama tutus candi
Maka berujudlah hai Putri Buih anak babangsa


Di kukus dupa bersemayam hati yang rindang
Akulah bujang pilihan titis ruh Sukmaraga dan
Patmaraga
Yang bangkit dari Lubuk Badangsanak
Dalam lemakmanis minyaklikatbaburih
Mari kekasih kita turaikan segala rindu


Banjarbaru,1979


Putri Buih ( Putri Junjung Buih ), Sukmaraga dan
Patmaraga dalam cerita kisah Kasih Legenda rakyat
Banjar ( Kalsel ).

Edisi 14-20
Kumpulan Puisi Romansa Setangkai Bunga

Tuesday, February 22, 2011

Puisi Tentang Korupsi | Cerita Tentang Korupsi

0 komentar


CERITA TENTANG KORUPSI

Sobron Aidit

Di negeriku cerita tentang korupsi
merata di seluruh langit dan bumi
tapi yang selalu berbuat
adalah orang-orang atasan dan tinggi
orang-orang terhormat dan berpangkat
yang selalu berpelaku
adalah orang-orang bergengsi
sedang rakyat selalu dengar dan tahu
tentang korupsi
tapi mereka lebih berkutat
pada beras - ikan asin
ikan teri dan terasi
bahan bakar minyak dan dapur
agar bisa berasap selalu.

Apakah korupsi bisa dibasmi?
yang sudah berkali-kali terjadi
siapa yang sungguh-sungguh
mau membasmi korupsi
dialah yang duluan terbasmi
terlempar terjengkang ke pinggir
atau dar..der..dor..lalu terkapar
dan mati
para pelaku korupsi
bukan orang sembarangan
mereka selalu punya jalan
punya sela-sela lobang
punya kekuasaan bayangan dan siluman
lalu kalau begitu bagaimana akhirnya?
pertarungan akan lama dan belum selesai
kemenangan dan kejujuran pasti tercapai,-

Holland, januari 2002


Monday, February 21, 2011

Kau Tahu Sihir Waria ? | Puisi Tentang Waria

0 komentar

Kau Tahu Sihir Waria ?
Boufath Shahab

jika sekali saja kau kerlingkan mata
akan kusihir dunia menjadi semesta canda dan tawa
pernahkah kau berpikir tentang ruh perempuan yang terjebak
di sekujur badan lelaki, karena kesalahan malaikat pengatur jasad ?
maka bermain-mainlah di kedalaman kelaminku
aku akan telanjang bersama kupu-kupu
atau jika kau mau, aku akan menjadi seekor kupu-kupu yang telanjang bersamamu
mungkin akan kau temukan bekas-bekas air mata bahagia ibu
ketika pertama kali aku mampu mengeja namaku
dan ia menghadiahiku sebutir bola yang penuh warna
kudekap perut ibu : ibu, aku tak bahagia
aku merindukan sebuah boneka

kini kusimpan bola itu di lemari tua
bersama tetes-tetes air mata ibu, dan seonggok tubuh perkasa yang tak pernah kuminta
karena kelak jika ada yang mengerlingkan mata, bagai kotak pandora yang terbuka
sihirku akan merajalela, penuh canda dan tawa

Bandung-Jakarta, Des. ’2005

Kumpulan Puisi Pahlawan | Ombak Abad Dua Satu

0 komentar

OMBAK ABAD DUA SATU
Aspar Paturusi

kualirkan kisah ke dalam gelombang
kutitipkan lewat sejarah abad kami
adakah terpantul pada cahaya permukaan laut
wajah-wajah kakekmu
hidup dalam gelisah sejarah
gelisah zaman bagai dongeng yang tak punya akhir
bertanyalah pada ombak sekitar pulau-pulaumu
ombak kami dulu yang masih memburu pantaimu
selamat pagi, anak muda abad dua satu
aku tak sempat lagi bersamamu
membacakan kisah-kisah lama

1980

Puisi Kepahlawanan | Bambu Runcing

0 komentar

BAMBU RUNCING
Aspar Paturusi

surabaya mengukir sejarah
rakyat bangkit melawan
mereka unjuk kekuatan
mereka tersinggung marah
sekutu dengan angkuh
menyuruh mereka menyerah
berbaris menyerahkan senjata
seraya mengangkat tangan
pasukan terlatih dengan senjata canggih
tak kuasa melumpuhkan semangat juang
perlawannan rakyat yang gigih
yang bersatu bahu membahu
mereka rela dan siap mati
untuk harkat kemerdekaan
demi kehormatan bangsa
sekutu yang berpengalaman tempur
memuntahkan segala macam peluru dan bom
ke seluruh penjuru kota
namun rakyat tetap melawan
dengan senjata apa adanya
dengan bambu runcing perjuangan
bambu runcing melawan meriam
bambu runcing melawan tank
bambung runcing melawan keangkuhan
itulah bambu runcing kemerdekaan
bambu runcing cinta tanah air
bambu runcing pengabdian
bambu runcing hati nurani
kini, 64 tahun kemudian
masihkah tergenggam bambu runcing
bambu runcing kebenaran
bambu runcing keadilan
bambu runcing hukum
yang merubuhkan penghianat amanah bangsa
melumpuhkan para maling kekayaan bangsa
ayo, kita raih bambu runcing kembali
yang tak pernah hilang dalam hati nurani

jakarta, 2009

Puisi Tentang Perjuangan | Walau Setetes Darah

0 komentar

WALAU SETETES DARAH
Aspar Paturusi

ada setetes darah
terjerembap di jalanan
ada setitik air mata
tersungkur di atas darah
darah ini darah siapa
airmata ini airmata siapa
hanya langit mendung memayunginya
tapi bumi tahu siapa yang empunya
jangan bersedih dedaunan
kicaumu jangan sendu hai burung
darah itu menetes dari roh nurani
butir airmata adalah belaian damai
jangan biarkan darah itu mengering
jangan abaikan titik airmata itu
walau cuma setetes darah dan airmata
dari sini awal kemerdekaan
dikumandangkan

jakarta, agustus 1996

Saturday, February 19, 2011

Pantun Lucu Bahasa Sunda | Sisindiran Basa Sunda

0 komentar

Pantun Lucu Bahasa Sunda

Aya roda na tanjakan, katinggang ku pangpung jengkol
Aya randa gogoakan, katinggang ku pohpor banpol

Batok kohok wadah huut, meuli eunteung jang bikeuneun
Budak montok gede hitut, nyeri beuteung, jeungjeuriheun

Kembang cula kembang tanjung, kembang sagala domdoman
Rek sabulan rek sataun, moal weleh diantosan..
[ Hendripamungkasred ]

Mulung tanjung tengah gunung, meunang cangkilung saguruntul
Nurus tunjung mbah dukun, ceunah nulung malah rahul

Pedah kuring kuralang kuriling, ucing ge'ring ngahariring
Tengah peuting jempaling jempling, kuring nyaring hayang ngising

Hayu mupu tiwu, ohan malah mobok pagu
Huntu linu murukusaunu, bongan tara ngosok huntu

Ka Jampang mawa pakarang, ajang pe'rang makalangan
Ka akang naha sale'mpang, akang sayang ngan ka yayang

Kaso pondok kaso panjang, kaso ngaroyong ka mimbar
Sono mondok sono nganjang, sono ngaloyor ka kamar

Saha we nu bade nyangke, kamari abdi nu ngajagi
Bebende nu hade hate, pamatri ati nu sajati

Colenak enak dicocol, Komo mun tambah kalapa
Beletak pitak ditakol , Poho mun sirah mitoha ..... Hampura abah teu dihaja!!!

Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok
Tai cakcak ninggang huntu, laun-laun nya dilebok..
[ Herdipamungkasred ]

Rincik rincang rincik rincang, aya roda na tanjakan
Sidik pisan sidik pisan, nyai teh bogoh ka akang..
[ Herdipamungkasred]

Cikaracak ninggan batu, Laun-laun jadi legok
Nincak ruhak dina batu,Laun-laun ngagorowok

Budak leutik bisa ngapung, Eta kalong ngrana
Botak saeutik jiga celempung, Asa hoyong ngarampa

Iwung bungkulna maju, nangka tangkalna dibabad
Indung tunggul rahayu, Bapak tangkal darajat

Daun hiris dibeungkeutan, dibawa ka juru leuiit
Anu geulis ngadeukeutan hayangeun dibere duit

Opat baris salah nyambung, mun tukang kakara ngabangun
Omat geulis ulah pundung, mun akang kapaksa nyandung

Aya listrik di masigit, caangna kamana - mana
Aya istri jangkung alit, hanyakal geuning waria


Sumber : pantundanpuisisuharto.blogspot.com


Dari Potongan Langit | Puisi Puisi Kehidupan

0 komentar

Dari Potongan Langit
Ulfatin Ch

Dari potongan langit, aku ingin kembali kemasa kecil.
Tapi bukan untuk menjadi sysipus atau mengaku nabi
yang kemudian dicekal
Aku ingin menjadi
Rumi yang bersenandung cinta aku ingin menjadi kartini
yang bersanggul dan menulis surat pada kawan-kawan
Aku pun ingin menjadi ibu
penanam kasih pada anak-anak
Aku ingin menjadi entah siapa yang digerus gempa
tapi tak mati
Dan dari potongan langit itu juga
aku ingin menyentuhkan kedua tanganku padaMu
untuk sepenggal hati yang
kemudian pergi untuk negri yang mulai
tak nyaman lagi
untuk kalian yang duduk semedi
yang gemar menaikkan tunjangan pagi
untuk kalian penangguh denda dari pajak
tahun lalu Aku ingin


2008

Biarkan Angin Bicara | Puisi Tentang Angin Bicara

0 komentar

Biarkan Angin Bicara
Ulfatin Ch

Biarkan angin bicara apa adanya
tentang kita, teman-teman kita
saudara-saudara kita dan
juga atasan kita
yang kadang kurang bijaksana
Mereka hanya mendengar dari bisikan
angin membuai
dan waktu adalah pembaca terbaik kita
Biarkan angin yang bicara
kita ciptakan saja kincir-kincir
untuk menampungnya demi berputarnya waktu
agar kita capai kedamaian
agar kita gapai kemenangan
Toh, masih ada pintu terbuka
sebagai jalan lain untuk kita meski
tawar dan melingkar


2009

Nyanyian Seribu Burung | Puisi Bertema Alam Lingkungan

0 komentar

Nyanyian Seribu Burung
Arsyad Indradi

Dalam padang rimba dunia
Di atas pohon bercabang lima
Ada nyanyian seribu burung
Lagu leluhur mengembang

Indahnya bumiku hijau
Meluncur keretapagi di atasnya
Putihnya putihmuda
Kami terbang di dalamnya

Adakah tetap saja jalannya kereta ini
Adakah tetap saja terbang kami bebas
Kami lihat kami lihat
Musim panas mengombak
Musim hujan mengepak

Mengapa engkau diam
Kubur saja mereka di sini
Di atas tumpukan kenangan
Sebelum petang tiba

Dalam padang rimba dunia
Di atas pohon bercabang lima
Ada nyanyian seribu burung
Ada bayi mati lemas dalam jantung

Banjarmasin, 1972

Kendati Hujan Gerimis | Puisi Hujan Gerimis

0 komentar

Kendati Hujan Gerimis
Arsyad Indradi

: r.sehan.w

kendati hujan gerimis
membenahi senja
kau masih juga memandang
lewat kaca jendela
mengeja bayangbayang

tapi tahukah kau
bahwa sungai telah merisalahkan
rumahrumah lanting
dalam sempurnanya senja
sebab gerimis mengekalkan
luruhnya cakrawala
pada sebuah pandang mata

maka tutuplah jendela
sungai dalam dirimu
akan mulai pasangpindua

Banjarmasin, 1972

Wednesday, February 16, 2011

Puisi Tentang Ibu | Ibu Karya D Zawawi Imron

1 komentar

Ibu
D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunpun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang meyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti

bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

(Batang-Batang - Madura)

Kata Kata Romantis Puisi Tentang Kehidupan

0 komentar

Hidup
Melody Muchransyah

hidup adalah kehampaan suara-suara pada malam tak berbintang
adalah kenangan indah tentang manisnya rasa kecup cinta
adalah sebuah perjuangan pahit yang berujung pada asa
adalah nyanyian merdu nan sendu

hidup tak hanya hidup namun pula merasa
hidup adalah tentang tangisan dan tawa
tentang kebenaran dan esensi dari rasa percaya
adalah kemesraan dua insan yang mabuk bercinta

hidup meski tak bergeming namun pula tak berlari
hidup memang hanya ada bila kau menikmatinya
hidup adalah merasa bersyukur
dan hidup, bagiku, adalah berada di sisimu dan mencintaimu

Bogor, 16 Januari 2006

Monday, February 14, 2011

Puisi Sunda Islami | Lagu Puja

0 komentar

Lagu Puja
Yous Hamdan

Gusti,
Ingkeun ieu kalbu sina ngalagu
ngawihkeun kangen ka Anjeun
Tiap renghap sadami-sadami
dihejah asma Anjeun hiji-hiji

Ya Rohman, Ya Rohim
Ya Basyir, Ya Hakim
Ya Wahid, Ya Majid
Ya syahid, Ya Rosyid

Dina Angin di Pucuk-pucuk daun
Kakuping lirih galindeng dawuh
Abdi tanggah neuteup pamenteu gaib
Dina ramat cahaya burit

Ya Gofar, Ya Qohhar
Ya Jalil, Ya Karim
Ya Zahir, Ya Batin
Ya Awwal, Ya Ahir

Dina kangen abdi sumujud
Jero kangen abdi nyaluuh
Bari ngedeng bari diuk
Biwir ngunyem panon kucup.

Sumber : Kumpulan Sajak Sunda "Kalakay Budah"

Puisi Cinta Islami | Bila Aku Jatuh Cinta

0 komentar

BILA AKU JATUH CINTA

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatanku untuk mencintaimu

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu,

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-MU,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling dari hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika kau halalkan aku merindui kekasih-mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehinggah melupakan aku
pada cinta hakiki
dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwa-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.

Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini
Dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar.

Lapangkanlah dada-dada
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan
bertawakal di jalan-Mu

( Syed Qutb )


Sunday, February 13, 2011

Puisi Persahabatan | Mata Hati

0 komentar

Mata Hati
Arsyad Indradi

Apa yang kau harapkan pada kasatmatamu dalam gelap
selain merabaraba atau menghentikan langkahmu

Suatu kali aku menjadi tamu pada sahabatku, kuketuk pintu,
kuucapkan salam. " ( Ia membalas dan menyebut namaku ),
masuklah pintu tak berkunci ". Kami berbincangbincang
Aku menjadi tamu lagi, dengan langkah pelan, kuketuk pintu,
aku tak mengucapkan salam. " ( Ia menyebut namaku),
masuklah pintu tak berkunci ". Kami berbincangbincang
seperti biasanya.
Aku bertamu lagi kali ini kakiku tak beralas
sehingga tak bersuara sedikit pun dan sangat pelan pintu kuketuk.
" (Ia menyebut namaku ), masuklah pintu tak berkunci ".
Banyak yang kami percakapkan.
Lama kami tak bertemu, aku kangen padanya.
Ketika sampai di muka beranda belum lagi naik
( pintu tertutup ) dari dalam sudah ada suara : "
( Menyebut namaku ), kemana saja lama tak bertandang,
masuklah dorong saja pintunya ". Subhanallah
Sahabat tunanetraku duduk di ruang tamu siap dua cangkir kopi.

Banjarbaru,1987

Puisi Tentang Sekolah | Bangunan Sekolah

0 komentar

Bangunan Sekolah
Arsyad Indradi

setiap pagi minggu
anakanakku mengajak ke bangunan sekolahnya
yang baru dibangun
dengan sorot matamentari membias wajahwajah
patria
mereka berharap cepat selesai agar dapat belajar
untuk menyongsong masadepan
aku sangat bangga ketika mereka menyatakan
betapa besar cinta mereka terhadap negeri ini
tapi di balik itu aku bagai disayat sembilu
konstruksi bangunan, penyediaan sarana dan prasarana sekolah ini
apakah dapat mewujudkan citacita mereka
karena biaya pendidikan teramat mahal
dan pelaku pendidikan masih mencaricari sistem
anakanakku masih menatap bangunan sekolahnya
dengan matamentari dan wajahwajahpatria

banjarbaru,1979

Puisi Tentang Wanita | Wanita dan Kalajengking

0 komentar

Wanita dan Kalajengking
Ellis Reni Artyana

Wanita itu menemukan anak-anak kalajengking di selangkangannya
Matanya masih saja berheran durja
Kalajengking-kalajengking itu melambaikan tangan mereka
Wanita itu tersenyum, di matanya hanya ada naluri seorang ibu

Satu persatu mereka menjepit kulit paha
si wanita merasa geli yang hebat
tawanya pecah seiring menyemburnya racun-racun
Tubuh wanita itu berguncang karena tawa
Hingga jepitan anak-anak kalajengking terlepas

Mereka jatuh dan hanyut oleh airmata wanita yang
tak sadar teralirkan
Wanita hanya mendapati pahanya yang biru-biru saja

Ia menangisi anak-anak kalajengking dengan parau
Di matanya hanya ada naluri seorang ibu

Puisi Kado Cinta | Puisi Untuk Cinta

0 komentar

Kado Cinta
Bambang Widiatmoko

Baiklah kita tutup saja lembaran lama
rasa sesal dan dosa
rasa bersalah jadi luka
kehidupan seperti belantara
penuh duri dan ular berbisa.

Lantas kita bangun rumah
meski tidak terlalu megah
tapi ada gairah memadamkan rasa gelisah
kita lengkapi dengan taman agar betah
duduk berdua, mengukir sejarah.

Jika di luar terjadi hujan badai
kita bisa berlindung di balik tirai
betapa kehidupan perlu kita urai
agar menjadi lurus seperti rambut tergerai
dan pertengkaran menjadi mudah dilerai.

Tak ada kado cinta yang luar biasa
selain kesetiaan tanpa pulasan kata-kata
zikir dan doa haruslah tetap bergema
agar jiwa kita semerbak bagai harum Cempaka
tak ada kado cinta yang lebih berharga – selain asa.

2005

Mimpi Basah | Puisi Tentang Rindu

0 komentar

Mimpi Basah
Aen Trisnawati

mengendapkan kerinduan
pada dinding kamar, pada detak hujan, pada dingin
yang menyeka malam menjadi malam.
suara batuk tertancap di gemuruh
menjadi sunyi

menyimpan kerinduan
pada sebotol air putih
kemudian kuteguk
menjadi bayangbayang
menjelma lingkar matamu
hingga masuk ke kantung kemihku

malam kian sunyi
kutitipkan puisi rindu
di atas bantal biru
lalu mengecup bayangmu dan bergumam pelan
"selamat malam"
dan lelap resah hingga basah

BumiKembara, Desember 2005

Thursday, February 10, 2011

Mencari Ibu | Kumpulan Puisi Untuk Ibu

0 komentar

Mencari Ibu
Alex R. Nainggolan

berapa banyak ibu tumbuh jadi bayangan dalam hariku ?
maka aku pun mencarinya, di atas tanah, sepanjang jalan,
di bawah hujan., tapi selalu kutemukan bentuk ibu-ibu yang lain
menggendong matahari, menancapkan kesakitan di tubuhnya sendiri, atau menyusui bayi yang paling purba
aku kehilangan tanda mencarinya, cuaca kembali datang dengan bencana
yang tak mudah diterka

ibu, ibu, di mana kamu ? seperti masuk ke dalam sesat jalan langkahku
tak ada jawaban, cuma hening yang tak bergeming, menyimpan seluruh masa lalu yang bening

aku mencari ibu di dalam tubuh rempuan
tapi yang kutemukan hanya rahim-rahim yang kosong
kehilangan benih, di sudut-sudut kota berkerumun dengan darah aborsi

aku mencari ibu di tubuh istri-istri
tapi cuma kutukan nyali birahi yang ada
mendekap malam-malam yang penuh keranda

aku mencari ibu lagi, di antara getar suara ponsel
surat-surat yang kutumpuk di lemari pakaian, atau sisa uang untuk belanja
hari ini. tak ada ibu di sana, di pohon-pohon apel
yang ada cuma ulat-ulat, merakit sekarat
tempat adam belajar kata cinta pada hawa
dan menggapai dunia

ibu, di mana kamu ? seperti kundang, tak henti-henti kupanggul kutuk ini
tak kutemukan ibu. hanya patung-patungnya dibangun di penjuru kota

Jakarta, 2004

Syair Perempuan | Puisi Tentang Perempuan

0 komentar

Syair Perempuan
Ahmad Syamani

Kota bergerak mencari kata-kata
Lewat panggung pentas dalam bahasa mata
Memikat
Orang-orang di sini masih menjadi jam
Tidur
Penuh sandiwara murahan

Lihat, salam hangat perempuan
Lentik matanya
Ketika sedikit kata-kata menari
Sampai jejak pintu pentaspun memanggil
Namanya, dengan tekun

Dengarlah, robekan tepukan mengucurkan
Teriakan, ada senyuman diperdengarkan
Untukku dan lampu-lampu kehilangan warna
Kehangatannya, kerinduannya
Sampai kudengar kau mengigau di luar teras
Puisi

Kota-kota kabupaten melewati beribu tapak
Pohonan merah
Kau yang mengatur ruangan kata
Dalam gerak seni
Tanpa kehilangan kodrat.

Subang, 25 September 2005

(Sumber Buku : 142 Penyair Menuju Bulan)

Tuesday, February 8, 2011

Gunung Tampomas | Puisi Keindahan Alam

0 komentar

Gunung Tampomas
deddi anggadiredja

wahai tampomas
kau tak kan meletus sampai kiamat nanti
kau trima pendok mas yang sakti
pangeran sumedang telah menjadi saksi
seizin Sang Hyang Widi

dikakimu kau persembahkan kali
airnya jernih sekali
air sumber kehidupan
rakyat sumedang larang

dari tebing-tebingmu sampai ke kaki
pucuk-pucuk cemara menari-nari
dipuncak yang paling tinggi
ada tempat sidang para wali
dilembahmu
ada sawah para petani

Sumedang, 1961

Tuhanku | Kumpulan Puisi Tentang Tuhan

0 komentar

Tuhanku
deddi anggadiredja

Tuhanku,
setiap kusebut namaMU
Engkau ada di sampingku
setiap aku lupa
Engkau tetap ada disisiku
Engkau pelihara aku
Engkau lindungi aku
dengan Maha Rahkman dan RakhimMU
Ampunilah aku
Yaaa Tuhanku

Sumedang, 1959

Monday, February 7, 2011

Puisi Sunda Romantis | Bulan Nineung, Bulan Nu Saha

0 komentar

Bulan Nineung, Bulan Nu Saha
Rosyid E. Abby

Bulan nineung
bulan saha
bulan pangharepan
bulan urang duaan

Bulan nineung
bulan saha
bulan karisi-kamelang
bulan lin nu duaan

Bulan nineung
bulan saha
bulan kuring
bulan anjeun

bulan katineung
bulan nu saha
bulan katineung
bulan duka nu saha

by-pass 17 juni 1992
Galura. No. 14 Taun ka-4, Minggu, 1 Juli 1992

Baturai Pantun | Pantun Bahasa Banjar

0 komentar

Baturai Pantun
Arsyad Indradi

Cuka laang di dalam cupak
Kulang kaling buah timbatu
Takurasam kurihing simpak
Handak bujang tapilih balu

Mun malala santan Birayang
Nyiur gading nyiur tundunan
Mun talihat si ading bujang
Liur baik liur baungan

Kaluang guring bagantung
Bagantung di puhun kupang
Mun nasib kada bauntung
Di tangan diambil urang

Banjarbaru, ‘93

Banda Aceh Ke Padang | Puisi Doel CP Allisah

0 komentar

Banda Aceh Ke Padang
Doel CP Allisah

Ratap itu, ibu-ibu, anak-anak
Airmata kecemasan,
ketakutan dalam himpitan sesak dada
Ia ada di berandaku
Mewarnai hari-hari kehilangan
Serbuk racun dan bebauan asing
Ia ada di beranda kita, saudaraku
Kitalah yang terlahir di tanduk takdir
Tanpa pernah kita pahami ujudnya
Dan duka itu, silih berganti kita arungi
Dari Banda Aceh ke Padang
Mengintai generasi ke generasi nasib kita.
Duka itu, ketakutan itu
Serta tangis biru, ibu-anak
Akan kita jalani sepanjang nafas
Jadi ketakutan bersama,
jadi garis kehidupan dunia
Dan ia menjadi tonggak iman kita
Bahwa kuasaNya adalah segala !

Ubud Bali,10 Oktober 2009

Puisi Kenangan Kekasih | Mengenang Ning

0 komentar

Mengenang Ning
Doel CP Allisah

Sedikit masa yang hilang itu kekasih,
adalah kabut hitam yang melewati
koridor rapuh hati, melukai mimpimu
sepanjang waktu, melunturkan rona penuh kasih sayang.
Sedikit masa yang hilang itu,
akan kutebus sepanjang nafas,
memberi seluruh penuh hidup,
walau itu akan membawamu
dalam warna-warni tak sama,
mengapungkan rasa yang kau miliki lain.
Dan aku akan selalu di jalanmu,
memberi jiwa dan nafas
Agar tak lepas ikatan
Agar tak sirna hari pagi
Hingga kita menutup mata, menutup kata

Pangkalpinang, bangka-belitong 2009

Seorang Gadis Di Muka Jendela | Arsyad Indradi

0 komentar

Seorang Gadis Di Muka Jendela
Arsyad Indradi

Wahai bagaimana aku bisa lari dari diriku sendiri
Airmataku tak keringkering menetesi rinduku
Jangan kau tipu lagi aku wahai langit khayalku
Kemana kau sembunyikan bulan dan bintang
Menjadikan hatiku lumpuh di padamnya malam
Kau mengusik pembaringanku tak hentihenti
Aku begitu tergesagesa berdandan menuju tidur
Wahai dusta mimpiku
Datang, o datanglah yang bersemayam di balik fajar
yang menjadikan aku merindu
Aku cemburu pada kicau burungburung
dalam pelukan cahya surya
Aku iri pada bungabunga bermandikan embun
O datang, datanglah padaku
Aku tak mampu lari dari diriku sendiri
Wahai


Banjarbaru,2001

Musafir Rindu | biarkan aku gila dalam cintamu

0 komentar

Musafir Rindu
Arsyad Indradi

Banyak orang mengira aku ini gila
Menertawai dan mencemoohku
Karena mereka tidak pernah menyelami risalahku
Wahai andai mereka tahu pasti mereka
Akan berdesakan ke pantai di mana kaki mereka
di pasir dengan mesra diciumi alunan ombak
takjub menyaksikan fenomena lautku
Dan mereka mengagumi karangku ketika dilanda ganasnya gelombang
Atau bersama camar bernyanyinyanyi di lubuk hatiku
Atau mereka akan menangisi dirinya sendiri karena
dahaga di gurungurun tandusku
Atau mereka tersedusedu ketinggalan kompas
ketika tersesat di rimbarimbamimpiku
Atau mereka menyesali diri tak mampu menyelamatkan
dirinya sendiri ketika terjatuh ke jurang hatiku
Ah tak habis risalahku ini kuutarakan walau matahari diurungkan ke barat
Tapi wahai andai pun aku ini gila
Pintaku biarkan aku gila dalam cintamu

Banjarbaru,2002

Puisi Bahasa Banjar | Kisah Satangkai Kambang

0 komentar

Kisah Satangkai Kambang
Arsyad Indradi

Sampurnaakan ingui satangkai kambang
Supaya mimpi daham galisah
Wayah baisukan dibasuh tangisan kacil
Tapi aku kada handak siapa haja
Maaur hujung kalupaknya
Sabab satiap titik ambun
Adalah suara rintihan riwayat
karinduan

Kada parlu jambangan
Sabab akulah jambangan satiap rintihan
Tuhan kutaruh kayakinan
Jangan angkau sambunyi di balik anganangan

Banjarbaru, 2001

Romansa Setangkai Bunga | Arsyad Indradi

0 komentar

Romansa Setangkai Bunga
Arsyad Indradi

Sempurnakan jerit setangkai bunga
Agar mimpi jangan gelisah
Waktu pagi dibasuh tangisan kecil
Tapi aku tak ingin siapa pun
Mengusik ujung kelopaknya
Sebab setiap tetes embun
Adalah suara rintihan riwayat
Kerinduan

Tak perlu jambangan
Sebab akulah jambangan setiap rintihan
Tuhan kutaruh keyakinan
Jangan kau sembunyi di balik angan-angan


Banjarbaru, 2001

Sunday, February 6, 2011

Puisi Tentang Kerinduan | Hardho Sayoko SPB

0 komentar

Kerinduan
Hardho Sayoko SPB

Berulang kali mencoba retas bentangan sepi
tetapi selalu gagal setiap terengah menyibaknya
gelisah demi gelisah luruh bersama titik embun
tak pupus walau angin suka rela menghapus
nyatak peduli matahari yang kelu ikut membakarnya
Mencari jejakmu di antara warna bayang tak
jemu betapa keterbatasan memasung juga
padahal betapa keinginan selalu ingin menjamah
mengapa selalu ganggang dan ikan mendahuluinya?
Berulang kali menyingkap tabir yang tergerai
tetapi selalu saja enggan berlipat di luar hendak
padahal kesendirian selalu tak henti gapai
menghapus bercak lewat larik-larik noktah
yang rakus melahap jalinan mimpi-mimpinya

Kedunggalar, 20 Nopember 2009

Kuncup Daun | Puisi Karya Hardho Sayoko SPB

0 komentar

Kuncup Daun
Hardho Sayoko SPB

Selembar daun bergetar di ujung ranting
saat angin bukit berlari menuju hutan cemara
di pelataran sekubang air masih
beriak
ketika bayang-bayang mencoba mengaca
di likat lumpur setengah berjelaga
"Berilah daku kesempatan menimang waktu,"
ajuknya setelah puas menyerahkan
kehijauannya
dan semikan putik-putik penanda jejaknya
sebelum lewati perjalanan busurnya
Selembar daun bergetar seperti berdansa
sebelum dari jauh terdengar gemuruh suara
dan mentari sore yang letih
tersangkut di jendela
ketika sebait sajak meluncur dari arasyNya
serta sangsai pelahan menguraikan belitannya

Kedunggalar, 20 Nopember 2009

Ketika Merenda Bianglala | Puisi Hardho Sayoko SPB

0 komentar

Ketika Merenda Bianglala
Hardho Sayoko SPB

Waktu demi waktu pergi entah ke mana
setelah terekam sebagian perjalanannya
di pergelangan tangan yang lemah
berdetak
tanpa suara tanpa kata
sekadar sapa
Kau masih saja setia meniup kelopak puisi
setiap angin menggoyang daun-daun di pepohonan
katamu biar nenek yang meniup canting tidak kesepian
setelah kucing yang selama ini mengaku karib
ternyata diam-diam meninggalkan
rembulan
Di pergelangan tangan yang lemah
berdetak
kau masih saja terekam menggiring
waktumeski tanpa suara tanpa kata
atau sekadar sapa
pada bianglala ada bayang meongnya

Kedunggalar, 6 Juni 2008

Menatap Lengkungan | Hardho Sayoko SPB

0 komentar

Menatap Lengkungan
Hardho Sayoko SPB

Akhir sujud ketika keluh telah menjelma uap
yang berterbangan ke celah-celah langit
kalian masih saja mencoba meretasnya
lewat kesiur serapah yang sengau
memantul di tebing sunyi
gagal jadi sebait katayang rintih janin doa


Kedunggalar, 20 Nopember 2009

Suatu Sore di Antara Sisa Gerimis

0 komentar

Suatu Sore di Antara Sisa Gerimis
Hardho Sayoko SPB

Bocah-bocah kecil berlarian dikejar bayangnya
yang tak juga lelah meski genangan air
dan lumpur berulangkali menyergapnya
masih saja digulung canda
Mimpi apa saat bianglala sandar di kaki langit?
setelah layang-layang tinggal kerangka di kawat telepon
yang sudah tidak sanggup lagi menari-nari
setiap angin dengan beringas melepas syahwatnya
Bocah-bocah kecil berlarian dikejar bayangnya
yang tak juga lelah meski genangan air
dan lumpur berulangkali menyergapnya
masih saja digulung canda

Kedunggalar, 3 Juni 2008

Friday, February 4, 2011

Hujan Februari | Puisi Tentang Hujan Bulan Februari

0 komentar

Hujan Februari
Alex R. Nainggolan

hujan februari mengusik nyali langit hitam angin bergulung
aku menggambar mimpi mungkin masih ada tempat singgah
teduh dari hujan yang penuh raung
hujan februari
menyemai takuttak bisa kuriangkan hati
untuk sembunyi dari kalut
nyatanya air begitu semaput
membuat kulit kaki keriput
dingin yang tak bisa jadi selimut
sampai tubuh mengkerut
semoga bukan sengkarut!

Jakarta, 1 Februari 2008

Puisi Bayangan | Alex R. Nainggolan

0 komentar

Bayangan
Alex R. Nainggolan

ada yang mampu menipu di muka cermin bukan sejati
namun sunyi kembali
mengambil nyali terapung bagai masa
lalu berkabung
tetap saja menguntit
diam pada setiap sakit
hingga engkau menjerit
"pergilah engkau jauh.
aku sudah terlalu jenuh. untuk selalu memujimu.
dengan panorama senja yang membeku."
namun ia terus datang
semacam lonceng jam yang berdentang

Jakarta, Januari 2008

Engkau Duduk di Sudut

0 komentar

Engkau Duduk di Sudut
Alex R. Nainggolan

engkau duduk di sudut
seperti ingin merenggut segalanya
kejadian demi kejadian
yang membuat kita semaput
engkau duduk di sudut
seperti ingin menjemput
segala sunyi yang lama berdiam di dalam harilalu
kau bungkus kegelisahan itu
merebutnya dengan perlahan
agar tak sampai kepadaku
sebab cemas itu memang bukan buatku bukan milik kita

Jakarta, 29 Januari 2008

Puisi Sarapan Pagi | Alex R. Nainggolan

0 komentar


Sarapan Pagi
Alex R. Nainggolan

sarapan pagiku hanya gegas langkah orang-orang berangkat kerja
terkadang pula jeritan tetangga sebelah bertikai
pada kenyataan yang pahit dengan amarah yang kerap melilit
meski masih ada cahaya matahari mengusir sunyi
pada bekas-bekas embun di batang pohon
meski ada suara bayi yang tertawa menyambut pagi
berlarian di beranda sarapan pagiku hanya berita-berita ngeri
di layar televisi atau hamparan diksi dengan anyir darah
di halaman surat kabar meski masih ada senyum sang istri
sekadar mengantarku untuk
menjejakkan kaki terlibat dalam
keramaian tumpah-ruah dalam
jadwal rutin kehidupan

Jakarta, 29 Januari 2008


Seperti Pertama Kali | Puisi Alex R. Nainggolan

0 komentar

Seperti Pertama Kali
Alex R. Nainggolan

seperti pertama kali engkau kusentuh ada yang tertinggal
pembuluh dadaku juga getaran yang sama
saat kukecup kulitmu menepikan ketakutanku
lalu membesarkan nyaliku sebagai lelaki
betapa engkau ingin selalu kupuja tanpa jenuh
telah kau lecut setiap kesadaranku menyadarkan
dengan penuh sebagai lelaki di sampingmu
mendampingi meski tahun-tahun
terkelupas dipenuhi kejenuhan

Jakarta, 1 Januari 2008

Wednesday, February 2, 2011

Puisi Selamat Jalan Anakku | Cut Januarita

0 komentar

Selamat Jalan Anakku
Cut Januarita

Selamat Jalan anakku
Hanya asa rindu kepiluan
Ku ucapkan pada mentari redup dan bulan tanpa purnama
Yang tak sudi dan tak akan menulis perputaran waktu
Pada derita jiwa ibu yang melahirkan
Dengan darah, air mata, kepedulian, harapan dan cita-cita

Selamat Jalan anakku
Sampaikan kabar gembira pada ibu
Bahwa kau sedang menari-nari indah
Di antara jiwa syahid dan hidup
Di antara jiwa mati dengan kotoran
Yang tak terampuni dalam derita meraung-raung

Selamat jalan anakku
Doakan ibu satu saat nanti
Berdiri tegak
Berlari mengejar langkahmu
Memiliki kertas putih tanpa angkara murka
Tuk mengikuti jemari surgawi
Menyusuri alam kemandirian yang abadi

Sumber : Lagu Kelu - Kumpulan Puisi Penyair Aceh



 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |